Selasa, 06 September 2011

Krisis Hutang Zona Euro Kian Mencemaskan


Krisis Hutang Zona Euro Kian Mencemaskan  EURO anjlok ke level rendah 1-bulan versus Dollar AS di seluruh bursa pada hari Senin seiring meningkatnya kecemasan krisis hutang zona Euro yang dipicu memburuknya kondisi fiskal Yunani dan Italia, ditambah kekalahan telak partai berkuasa Jerman dalam pemilu regional hari Minggu.
Yield obligasi pemerintah Italia melonjak hingga mendekati level puncak 1-bulan seiring kian bertambahnya tekanan terhadap ekonomi terbesar ke-3 zona Euro tersebut untuk segera membenahi kondisi fiskalnya. Ketidakmampuan Italia untuk memenuhi komitmen anggaran sejauh ini terus menyakiti pasar obligasi negara ini.
Penundaan perundingan antara Uni Eropa/IMF dengan Yunani pada minggu lalu juga telah menimbulkan keraguan investor mengenai kemampuan Athena dalam mencapai target pemangkasan defisit anggaran yang diperlukan untuk mengamankan penyaluran bailout.
Sementara kekalahan telak partai Christian Democrats pimpinan Angela merkel dalam pemilu di wilayah Mecklenburg-Vorpommern turut menambah beban Euro mengingat hasil pemungutan suara tersebut mengindikasikan turunnya popularitas kanselir Jerman dan meningkatnya ketidakpuasan masyarakat Jerman yang harus berkontribusi dalam dana talangan zona Euro.
"Bias negatif Euro masih domiman akibat berita-berita negatif yang muncul, namun belum ada cukup katalis untuk menekannya hingga di bawah $1.4000," kata Geoffrey Yu, analis mata uang UBS.
Sejumlah analis teknikal menilai penembusan di bawah retracement 61,8% dari rally Juli-Agustus di $1.4110 telah menambah tekanan negatif, sementara MA 200-hari di sekitar $1.4010 akan bertindak sebagai support kunci bagi Euro.

Emas Incar Posisi Puncak


Emas Incar Posisi Puncak Emas berpotensi menuju kisaran $ 1.930/ons lalu $ 1.970/ons, menurut analisis teknis Barclays Capital. Logam mulia menembus level resistensi psikologis di $ 1.900/ons, di sekitar level $ 1,912.29/ons pada 23 Agustus.
"Emas pulih dari level rendah, namun aset safe haven diantaranya emas masih mendapat keuntungan dari ketidakpastian global," menurut catatan Morgan Stanley. Data payrolls AS hari Jumat yang mengecewakan, diikuti oleh kondisi ekonomi Eropa yang lemah menambah kekhawatiran mengenai pertumbuhan ekonomi dan juga resesi. Prospek ekonomi yang suram turut mendukung emas yang dianggap sebagai alat penyimpan nilai terutama selama kondisi keuangan yang bergejolak. Spot emas di $ 1,897.80/ons, turun $ 2,50 dari penutupan lalu.
Barclays Capital mengharapkan perak akan mengikuti emas dan menguji level puncak di $ 44.23/ons. Target selanjutnya di $ 46/ons. Spot perak di    $ 42.87/ons, sama dengan level penutupan. 

Kecemasan Global Lambungkan Emas


Kecemasan Global Lambungkan Emas Hargaemas kembali melambung ke atas ,900 per ons hari Senin seiring berkembangnya eskpektasi AS akan mengimplementasikan QE3 pasca data payrolls yang buruk hari Jumat lalu, sementara kecemasan krisis hutang Eropa kembali mencuat.
Analis Standard Bank Walter de Wet mengatakan penentuan hari Rabu yang dapat mengurangi kebebasan pemeirntah Jerman untuk membiayai bantuan terhadap negara terserang krisis seperti Yunani meningkatkan minat terhadap safe-haven seperti emas, sementara pertemuan European Central Bank hari Kamis akan terus menjadi fokus. "Ada ekspektasi berkembang di pasar bahwa ada respon kebijakan dari ECB pada tahapan tertentu."

BOK Akan Tahan Bunga

BOK Akan Tahan Bunga BOK diperkirakan akan manahan suku bunga untuk bulan ketiga pada hari Kamis terkait ketidakpastian eksternal yang meningkat lebih besar dibandingkan dengan kekhawatiran mengenai inflasi. Lima belas dari 18 analis yang disurvei oleh Dow Jones mengatakan BOK  akan menahan bunga di kisaran 3,25%, tiga analis memperkirakan suku bunga naik 25bp menjadi 3,50%, di lihat dari inflasi yang tinggi yang berada di level tinggi tiga tahun di 5,3% untuk bulan Agustus. "Tingkat inflasi yang kuat dan pertumbuhan produksi industri yang lemah menimbulkan merupakan tantangan besar bagi BOK. Keputusan suku bunga dijadwalkan akan dirilis hari Kamis pukul 08.00 WIB. 

G7 Berusaha Dorong Pertumbuhan


G7 Berusaha Dorong Pertumbuhan Menteri Keuangan Grup G7, yang cemas mengenai resiko terhadappertumbuhan global, nampaknya pekan ini akan setuju untuk menahan agar kebjakan moneter tetap akomodatif, memperlambat konsolidasi fiskal di negara-negara yang memungkinkan dan mengimplementasikan reformasi struktural, menurut sumber G7. Menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Jerman, Perancis, Italia, dan Inggris (G7) akan bertemu pada hari Jumat pada pelabuhan Marseilles di Perancis untuk mendiskusikan tindakan apa yang akan diambil untuk mendorong pertumbuhan global yang sedang melambat.
"Permasalahan utamanya adalah perlambatan pada perekonomian global dan cara terbaik untuk menangani itu," menurut seorang sumber yang terkait denganpertemuan. Ia juga mengatakan bahwa ada pemikiran diantara negara-negara G7 bahwa perekonomian global telah memasuki masa paling sulit sejak runtuhnya Lehman Brothers dan ada resiko resesi – baik secara teknikal, yang terlihat dari kontraksi selama 2 kuartal, atau dengan pertumbuhan yang positif namun output yang melebar. 

Senin, 05 September 2011

Gold May Top $6,000, Silver $600: Asset Manager


Gold prices may reach $6,200 per ounce in a bull run which will “end all major bull markets,” Urs Gmuer, asset manager at Dolefin, a Swiss investment advice firm, told CNBC.




Gmuer’s prediction is based on analysis of the last major gold boom of the 1970s, during which gold prices rose from $35 per ounce to $850 per ounce. Gmuer said that in the current bull run, prices would be pushed upwards by a protracted period of global economic difficulty—potentially lasting years—during which investors would continue to search for so-called safe havens.
“Gold prices have risen over the last few years, as the macroeconomic picture has become worse. The deterioration of the fundamental situation has now gone even further.
“Purchases by investors of gold will be based on fears of systemic risk or banking crashes,” Gmuer said.
The investment manager said that as no "safe" currencies remain, cautious investors had no choice but to opt for precious metals.
“The ultimate currency, which has stood the test of time, which has no political support behind it, is gold. Nobody can print gold out of a machine or a PC.
What the Swiss National Bank did two-and-a-half weeks ago, increasing the supply of the Swiss franc, means the safe currencies are all gone. That is why gold will have a revival,” he said.
Gmuer said the precious metal had entered a “super-cycle,” which he likened to the 1998-to-2000 boom in technology media and telecommunications.
He added, “This bull trend will end all the other major bull markets,” and singled out debt capital as an asset class for which demand and prices would decline.
However, Gmuer denied that high and rising gold prices could be indicative of a bubble. “If everybody is saying a particular asset is a bubble, that reflects the fact that most people have disposed of it,” he said.
Other calculations indicate that gold prices could peak at $3,500 or $4,000 per ounce. This is based on historical data regarding the long-term ratio of gold prices to the global money supply.
On Sept. 2, gold [GCCV1  1899.30    22.40  (+1.19%)    peaked at $1884.60.

Silver Set for 14-Fold Price Rise?
In addition, Gmuer said silver is set for an even greater upward run than gold, with the market due to correct a distortion in its pricing of silver in relation to gold.
Gold and silver currently price at a ratio of around 45:1. However, Gmuer said declining silver output over the last 60 years—as a result of inventory depletion and mine closures—meant silver supplies currently outnumber gold by a ratio of less than 10:1, thus indicating a market correction is due.
Once this occurs, Gmuer said silver prices would settle at 6.7 percent to 10 percent of gold prices. This implies that if gold reaches $6,200 per ounce, silver could peak at $620 per ounce.
On Sept. 2, silver [SICV1  42.92    -0.149  (-0.35%)  peaked at $43.24.


Gmuer added that markets for all precious metals were benefiting from the surge in demand for commodities, food, and energy from developing countries.
“Since World War II, the world population has almost quadrupled. However, most of the increase was in countries that had closed political systems, such as the Soviet Union, China and India," he said. “When these countries started to open up in the 1990s, these people saw they could increase their level of well-being. It is pent-up demand.”

Emas Stabil Dekat $1900


Emas Stabil Dekat $1900 Harga Spot emas perlahan tapi terus menguat sejauh ini bertengger dekat level rekor tertinggi  bulan lalu di $1900 seiring dengan kecemasan pertumbuhan global memicu para investor membuang aset berisiko untuk membeli aset safe haven yang relative aman.
Likuiditas akan kembali jadi isu di kondisi perdagangan choppy / berombak naik turun karena pasar AS ditutup libur hari buruh.
Laporan tenaga kerja AS hari jumat lalu yang buruk menjadi penopang utama harga emas, karena data tersebut telah memicu spekulasi pemangkasan moneter lebih lanjut yang dapat membebani dollar AS.
Di Eropa, fokus pasar pada pasar keuangan seiring pembuat kebijakan sedang memproses ratifikasi perubahan dana bailout zona Eropa, yang dikenal dengan istilah EFSF. Konstitusi Jerman juga akan memainkan peranan penting terkait legalitas paket penyelamatan Yunani.
Para pelaku pasar melihat penembusan Emas ke rekor harga tertinggi hanya masalah waktu ditengah kekacauan pasar keuangan dunia. Emas selalu dipertimbangkan sebagai alternative aset yang memiliki nilai tinggi ditengah ketidakpastian ekonomi.
Satu-satunya katalis negatif di hari Senin, adalah pengumuman oleh Shanghai goldExchange bahwa mereka akan menaikkan margin requirement serta menerapkan limit batas atas dan batas bawah untuk perdagangan kontrak Emas dan perak, yang mulai efektif hari Jumat. Margin untuk Emas akan dinaikkan menjadi 13% dari sebelumnya 12%, sementara margin untuk perak dinaikkan menjadi 16% dari sebelumnya 15%.

Moody’s Masih Pertimbangkan Downgrade Perbankan Inggris


Moody’s Masih Pertimbangkan Downgrade Perbankan Inggris Moody’s masih kaji kemungkinan pemangkasan (downgrade) peringkat kredit perbankan inggris akibat reformasi sektor perbankan yang akan diumumkan pemerintah minggu depan. “Moody siap downgrade peringkat beberapa bank besar di Inggris setelah Komisi Independen Perbankan (ICB) terbitkan laporan 12 September mendatang,” lapor Sky News.
Laporan ICB merupakan pengkajian atas reformasi industri perbankan Inggris yang diprediksi akan melukai divisi trading demi lindungi pembayar pajak dari krisis keuangan di masa depan. Dalam menanggapi laporan Sky News, Moody’s katakan belum merubah posisinya setelah 2 Agustus silam utarakan kemungkinan pemangkasan peringkat beberapa bank Inggris.
"Seperti yang diumumkan 2 Agustus, review atas lembaga keuangan Inggris masih berlanjut. Ini juga akan pertimbangkan proposal ICB dan dampaknya. Kami akan umumkan hasil review,” ujar juru bicara Moody’s.
Sementara itu, bursa saham Inggris melemah 3,3%, dimana kejatuhan didominasi oleh sektor perbankan. Royal Bank of Scotland bahkan merosot 12,3% ke level 21.78. Di lain pihak, GBP/USD juga melemah, diperdagangkan 1.6088, dekat level rendah harian 1.6061

IMF: Outlook Ekonomi Global Memburuk


IMF: Outlook Ekonomi Global Memburuk DanaMoneyer Internasional (imf) desak AS dan Eropa untuk abaikan kebijakan penghematan fiskal dan berikan stimulus seraya peringatkan Ekonomi Globalhadapi "ancaman penurunan." Christine Lagarde, manajer direktur IMF, katakan outlook ekonomi global memburuk selama musim panas. "Jelas, ada krisis kepercayaan yang perburuk situasi. Tindakan perlu diambil untuk pastikan vicious circles terputus,” ujar Lagarde.
"Pilihan kebijakan terbatas karena telah banyak amunisi yang digunakan pada tahun 2009. Namun, jika pemerintah, institusional, dan bank sentral bekerja sama maka kita akan hindari resesi," ujar Lagarde kepada harian Der Spiegel. Lagarde utarakan AS masih punya ruang untuk abaikan kebijakan penghematan dalam jangka pendek dan perkenalkan kebijakan yang dapat gairahkan aktivitas ekonomi yang konsisten dengan strategi utang kredibel dalam jangka menengah. Lagarde juga katakan Eropa harus rem kebijakan penghematan fiskal dan beralih kepada kebijakan pro-pertumbuhan hingga bahaya berlalu.
Sementara itu, bursa saham dunia masih terpuruk pada perdagangan Senin. Bursa saham Inggris (FTSE) melemah 2,2% sedangkan Jerman (DAX) dan Perancis (CAC 40) masing-masing anjlok 3,6% dan 3,5%.

Gold today

Setelah cukup lama tertahan di atas support, hari ini emas terlihat menguat cukup tajam dan harga berpeluang bergerak ke atas untuk menyentuh 161.8% Fibonacci pada resistan 1922.33. Secara teknikal indikator stochastic berada dalam kondisi jenuh beli. Jika emas tertahan kuat di bawah resistan 1922.33 maka ada peluang emas akan terkoreksi.


Emas Lanjutkan Penguatan

Euro analysis

Pergerakan euro terlihat terkoreksi cukup tajam sejak jumat dan hari ini euro menguat tipis terhadap dollar. Secara teknikal indikator stochastic berada dalam kondisi jenuh jual dimana ada potensi euro akan menguat. Pecahnya resistan 1.41847 berpotensi akan membawa euro menguat kembali dan bergerak ke atas menuju resistan 1.42671. Waspadai jika euro tertahan kuat dibawah resistan 1.41847 maka euro cenderung akan melemah kembali dan bergerak menuju support 1.41023.


Euro Perlahan Bangkit

Pengangguran, Pangkal Menuju Resesi Besar


Pengangguran, Pangkal Menuju Resesi BesarSekali lagi, indikator tenaga kerja Amerika Serikat konsisten lesu. Pasar investasi mulai mewaspadai  peluang resesi baru, resesi yang dipicu oleh ketiadaan lapangan kerja. Beberapa pengamat ekonomi berbagi pandangannya soal apa yang terjadi di pasar tenaga kerja 'Paman Sam'. Semua sepakat bahwa pemerintah harus benar-benar mengambil peran pemulihan pada garis terdepan. 
1. Stephen Freedman, Head of Investment Strategy UBS Wealth Management
"Para ekonom menyadari benar bahwa ancaman resesi lebih tinggi dibanding dua bulan lalu."
Freedman berharap bahwa ada konfirmasi dari pemerintah bahwa pasar tenaga kerja masih kondusif. Pidato presiden Barack Obama bisa membri optimisme ke pasar, terlepas dari apakah rencananya bisa mendapat restu dari kongres.
2. Alice Schroeder, Penulis dan Mantan Analis Asuransi Papan Atas
"Dimanakah lapangan kerja?"
Hari ini bukanlah momen yang tepat untuk merayakan hari buruh. Jumlah peluang kerja kian tipis dan perusahaan masih enggan menyewa orang baru. Neraca keuangan korporasi terlalu diperketat sehingga tidak ada pos dana untuk membayar SDM berkualitas. Tidak heran jika aksi reaksi 'pecat dan panggil' merebak di sektor bisnis. Perusahaan terlalu pelit untuk mempermanenkan karyawan karena pertimbangan beban biaya tunjangan dan asuransi. Padahal sesungguhnya tidak demikian. Biaya rekrutmen justru lebih besar, mulai dari wawancara, tes kesehatan, training hingga praktek langsung. Semua menguras waktu dan biaya.
Di tengah ketidakpastian, wajar saja perusahaan enggan merekrut SDM secara permanen. Tidak ada yang bisa menjamin kondisi bisnis tetap mendukung sampai beberapa waktu ke depan. Pelaku bisnis tidak mau memecat tenaga kerja saat usaha sedang lesu karena tentu butuh biaya tunjangan dan kompensasi besar. Oleh karena itu, diperlukan kepastian ekonomi secara gradual. Dengan demikian korporasi tidak lagi ragu memakai jasa warga usia produktif dan tidak perlu memikirkan pemecatan.
3. Mohamed El-Erian, CEO PIMCO (Lembaga investor obligasi terbesar dunia)
"Angka apapun yang dipakai, pasar tenaga kerja AS berada di puncak krisis."
Dampak krisis pengangguran meliputi aspek ekonomi, politik dan sosial. Jika situasi buruk terus berlanjut, pengangguran akan merusak sistem atau bahkan merusak kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Warga masih harus berkutat dengan kenaikan harga bahan bakar, tagihan rumah tangga hingga kredit rumah. Pada akhirnya, kemiskinan adalah apa yang harus diterima kebanyakan warga non-pekerja.

Analisa pekan ini


USD/JPY
USD/JPY masih stagnan di sekitar level support 76.50 pekan lalu. Pelaku pasar memperkirakan intervensi lagi pekan ini, mengingat kurs yen sudah naik selama 3 bulan sejak lonjakan terakhir Mei lalu. Saya melihat support kuat di area 76.50 dan USD/JPY berpeluang rebound ke 80.00 karena berita fundamental. Abaikan proyeksi jual Anda jika USD/JPY menembus level tersebut di atas.
EUR/USD
Pekan lalu, EUR/USD turun dan menemukan support di area 1.4200. Kami memperkirakan tren berbalik naik dan memulai konsolidasi pekan ini. Saya membidik target di kisaran 1.4450 dalam 1 pekan dari koreksi alami euro. Abaikan proyeksi beli Anda jika EUR/USD terbenam ke kisaran 1.4160.   
GBP/USD
GBP/USD nyaman di garis EMA 200 pada level 1.6131 dan siap rebound. Berdasarkan studi teknikal, poundsterling akan mencoba kembali level bawah 1.6150 di awal pekan sebelum nantinya naik lagi. Saya memperkirakan konsolidasi terjadi dalam 1-2 pekan sebelum Sterling kembali menyambangi 1.6400.
MINYAK MENTAH
Minyak mentah WTI masih bergerak dalam tren sideways besar pada fase koreksi. Harga terpantau turun dari level tertinggi pekan lalu, 89.91, akibat kinerja ekonomi AS yang buruk dan stagnasi data pengangguran. Pekan ini, Saya memperkirakan minyak diperdagangkan lebih rendah seraya bergerak antara level 83.00 dan 90.00. Trader disarankan masuk posisi dari level paling rendah guna menghindari ayunan harga. Saya memilih untuk menjual di awal pekan pada kisaran harga 87.50, sambil diiringi oleh manjemen resiko yang ketat.
EMAS
Harga emas melonjak lagi pekan lalu akibat pesimisme soal outlook ekonomi Amerika Serikat (AS). Alhasil, harga emas kembali ditutup pada level tertinggi mingguan pada hari Jumat. Investor sudah mencerna kabar kenaikan marjin yang diberlakukan oleh CME Group 2 pekan lalu sehingga emas kembali dibanjiri minat safe haven.
Pekan ini, Saya melihat tren melemah di kisaran atas dengan resisten 1900.00 membatasi pergerakan. Berdasarkan studi teknikal, emas berpeluang kembali ke Support 1 (1830.00) untuk melengkapi pola teknikal. Seandainya terjadi isu fundamental luar biasa, maka emas dapat kembali naik ke Support 2 (1810). Namun emas cenderung membentuk double-tops terlebih dulu di 1910.00 sebelum menapaki tren penurunan.

Jumat, 02 September 2011

Pola Swing Emas Berpotensi Berlanjut Sampai Akhir September


Pola Swing Emas Berpotensi Berlanjut Sampai Akhir SeptemberSeperti yang dapat kita perhatikan pada price action emas, terdapat pola Konsolidasi naik turun, dan dilanjutkan menguat, setelah itu terkonsolidasi kembali dan menguat lagi, kemungkinan besar pola ini masih akan berlanjut seiring fokus pasar masih pada krisis utang zona Eropa.
Event yang paling dekat ditunggu oleh para pelaku pasar adalah tanggal 7 September, dimana akan diadakan rapat pemerintah Jerman untuk mengambil keputusan pembelian surat utang negara Uni Eropa yang bermasalah.
Setelah itu para investor akan menunggu rapat FOMC untuk menentukan kebijakan stimulus moneter AS pada tanggal 22 September. Menjelang event ini Emas masih berpotensi tertopang seiring dengan tingginya permintaan investasi Emas.

AS Mungkin Sudah Berada Dalam Resesi, Menurut Professor Harvard


AS Mungkin Sudah Berada Dalam Resesi, Menurut Professor HarvardEkonom Harvard vetran dan mantan Presiden NBER, Martin Feldstein mengatakan bahwa ekonomi as sedang melambat, kemungkinan menuju resesi karena situasi semakin buruk saat ini tampak dari sektor manufaktur, keyakinan rumah tangga yang goyah tampak dari pasar perumahan yang masih terpuruk, serta tingginya tingkat pengangguran.
Meurut Martin Feldstein, kebijakan ekspansif dari The Fed juga tidak akan terlalu banyak berpengaruh karena kuncinya adalah bangkitnya sektor perumahan sehingga pengeluaran konsumen bisa meningkat kembali sehingga perusahaan-perusahaan manufaktur AS memiliki alasan untuk menyewa pekerja melanjutkan produksi. Selama permintaan konsumen tidak tampak, maka korporasi juga enggan menambah lapangan kerja, urainya.
Secara keseluruhan, hal ini negatif bagi dollar AS, namun menurut martin Feldstein pelemahan dollar AS justru akan mempercepat laju pemulihan ekonomi alasannya adalah ekspor akan semakin pesat meskipun ekspor hanya menyumbang 10% dari GDP AS, namun kenaikan ekspor dalam 4 triwulan terakhir telah menyumbang 50% pertumbuhan GDP selama periode tersebut.

Dollar AS Perkasa Jelang Data Tenaga Kerja AS


Dollar AS Perkasa Jelang Data Tenaga Kerja ASDollar menanjak terhadap mata uang major di hari Jumat, menjelang laporan tenaga kerja kunci AS yang diharapkan dapat menyediakan petunjuk lebih lanjut atas ekonomi negara adidaya tersebut.
Penguatan sejak hari Kamis kemarin ditopang oleh laporan aktivitas manufaktur yang melampaui perkiraan di bulan Agustus sementara data Eropa malah mengecewakan. Para investor sementara ini masih bersikap wait & see sembari menunggu laporan nonfarm payrolls.
Ekonom mengekspektasikan ekonomi as mendapatkan tambahan 75,000 tenaga kerja di bulan Agustus, lebih kecil dibanding pertambahan di bulan sebelumnya sebesar 117,000, sementara laju tingkat pengangguran bertahan di 9.1%.
Respon para pelaku pasar kemungkinan akan besar jika terdapat deviasi / selisih sebesar 75,000 keatas, atau 65,000 kebawah. Skenario nya jika terjadi kejutan kenaikan ke 150,000 berarti ada selisih 75k dibandign ekspektasi, maka kemugnkinan besar terjadi spike harga diatas 40 point pada pair currency seperti usd/jpy, atau sebaliknya jika terjadi kejutan penurunan ke 10,000 berarti ada selisih 65,000 dibanding ekspektasi maka pair eur/USD dapat melonjak keatas sekitar 40 poin beberapa menit setelah data rilis.
Adapun untuk pertambahan / penurunan laporan non farm payrolls dibawah deviasi tidak akan terlalu mengejutkan dan kemungkinan telah diantisipasi para pelaku pasar sebelumnya.

Gold: Terus Terapresiasi, Bidik Resistance di 1871.96

 Emas terapresiasi secara signifikan pada sesi perdagangan hari ini. Saat ini emas terlihat membidik area resistance dikisaran 1871.96. Pecahnya level resistance tersebut membuka peluang penguatan lanjutan menuju area 1912.05 yang merupakan level tertinggi saat ini. Sementara itu, waspadai koreksi yang mungkin terjadi menuju area support dikisaran 1839.75 jika resistance tersebut bertahan. Hal tersebut juga diperkuat oelh kondisi CCI and Stochastic yang berada dalam area overbought.


Gold: Terus Terapresiasi, Bidik Resistance di 1871.96

sterling analysis : Potensial Terus Bearish, Uji Support 1.6094

 Pound terus melemah terhadap dollar dan saat ini masih ada potensi meneruskan pergerakan bearishnya hingga support 1.6094. Secara teknikal indikator stochastic berpotensi berada dalam kondisi bullish. Pecahnya resistan 1.6205 berpotensi akan membawa pound menguat dan bergerak ke resistan 1.6302.


GBPUSD:  Potensial Terus Bearish, Uji Support 1.6094

Kamis, 01 September 2011

Euro analysis : Lemah Tajam, Uji Support di 1.4369

 Euro melemah cukup tajam dan saat ini terlihat sedang menguji support 1.4369. Secara teknikal indikator stochastic berada dalam kondisi jenuh jual dimana ada peluang euro akan menguat. Jika Euro tertahan kuat di atas support 1.4369 maka harga cenderung akan menguat dan bergerak ke atas menuju resistan 1.4451. Waspadai jika euro berhasil menembus support 1.4369 dimana ada peluang euro akan bergerak ke bawah menuju support 1.4267.


EURUSD: Lemah Tajam, Uji Support di 1.4369

Sterling : Berpeluang Menguat, Incar 1.6302-1.6302

Pergerakan GBP terlihat berpotensi dalam pergerakan bearish. Secara teknikal indikator stochastic berada dalam kondisi jenuh jual dimana ada peluang pound akan menguat. Pecahnya resistan 1.6302 berpotensi akan membawa harga bergerak ke atas menuju resistan 1.6302. Waspadai jika support 1.6205 ditembus dimana ada potensi pound akan meneruskan pergerakan bearishnya dan bergerak menuju support 1.6094.


GBPUSD: Berpeluang Menguat, Incar 1.6302-1.6302
GBPUSD: Berpeluang Menguat, Incar 1.6302-1.6302