Terlihat kecemasan di pasar keuangan global dalam menyikapi situasi di negara perekonomian dunia. Meski kesepakatan bagi hutang sudah tercapai, bukan berarti Amerika Serikat (AS) bisa tenang. Potensi resesi baru bisa sewaktu-waktu meletus.Rangkaian data ekonomi akhir pekan lalu menjadi sinyal perlambatan di AS. Beberapa laporan penting dirilis mengecewakan, antara lain pengeluaran konsumen, manufaktur, tenaga kerja dan prosuk domestik bruto. Tidak akan ada perubahan berarti pada data ekonomi yang siap dirilis pekan ini. Survei CNNMoney menunjukkan bahwa daya serap tenaga kerja bulan Juli hanya akan mencapai 75.000 orang. Adapun tingkat pengangguran tidak akan bergeser dari 9,2%.
Ekspresi gundah investor tercermin pada bursa saham. Setelah mencetak kerugian 266 poin pada hari Selasa (02/08), Dow Jones kembali dibuka negatif semalam. Kinerja serupa turut ditunjukkan oleh indeks S&P 500, yang terjebak dalam teritori negatif. Bukan hanya analis finansial yang ramai berkomentar tentang situasi AS terkini, beberapa pakar ekonomi handal sampai harus turun gunung guna memberi analisa.
Martin Feldstein dan Larry Summers adalah dua ekonom handal dari kubu ideologi berbeda. Feldstein dikenal setelah menduduki kursi penasihat ekonomi bagi presiden Republikan, Ronald Reagan dan George W. Bush. "Peluang resesi sudah 50%." ujar Feldstein hari Selasa. Ia memandang bahwa perekonomian relatif datar sejak awal tahun ini, sehingga tidak ada pertumbuhan berarti. Celakanya, Feldstein adalah salah satu ekonom yang mampu meramalkan resesi tahun 2008 lalu secara akurat. Sektor perumahan masih akan membebani AS dalam beberapa waktu mendatang.
Sementara Larry Summers adalah mantan Menteri Keuangan zaman Presiden Clinton. Dalam sebuah tulisan, Ia melihat ekonomi tengah melambat namun peluang resesi baru satu berbanding tiga. "Masalah sesungguhnya adalah pada pertumbuhan defisit dan tenaga kerja, bukan soal anggaran," tutur Direktur Dewan Ekonomi Nasional ini. Ia meyakini bahwa keadaan segera membaik tahun ini karena beberapa faktor. Di antaranya adalah masa jatuh tempo tax holiday, perpanjangan tunjangan pengangguran dan modal pembangunan infrastruktur baru. Dua ekonom memiliki analisa dan prediksi masing-masing. Hanya waktu yang dapat membuktikan argumen siapa yang benar, sang pengamat republikan atau ekonom partai penguasa.




