Hingga sesi tengah pekan (Rabu, 30/5),
kinerja mata uang tunggal Euro semakin memburuk dengan mencatatkan
keterpurukan hingga ke bawah level $1.2500 yang merupakan kisaran
terendah dalam dua tahun terakhir terhadap dollar (USD).
Terpuruknya Euro kali ini terutama akibat
pasar di gegerkan kembali oleh penurunan peringkat utang negara Spanyol
oleh lembaga pemeringkat Egan-Jones Ratings. Peringkat kredit Spanyol
diturunkan menjadi level ‘B’ dari sebelumnya ‘BB-minus‘ dan pemangkasan
ini merupakan kali ke tiga dalam kurun waktu kurang dari satu bulan.
Sinyal bakal terkikisnya Euro sebenarnya
sudah mulai santer tercium sejak pekan lalu yang di awali dengan
merebaknya kecemasan terhadap rencana keluarnya Yunani dari zona Euro
serta meluasnya ketidakpuasan pasar terhadap hasil pertemuan puncak
Eropa yang digelar pada Rabu (23/5) minggu lalu. Pasar merasa belum puas
dengan hasil pertemuan (meeting) informal para pemimpin Uni
Eropa tersebut lantaran mereka dalam pertemuannya belum mampu membuat
langkah konkrit guna mencegah krisis utang yang semakin dalam di
kawasan.
Bahkan kesepakatan yang tercapai dalam
pertemuan kelompok G-8 akhir pekan silam (19-20 Mei) belum juga
meredakan sikap apatis pasar terhadap upaya pencegahan meluasnya krisis
utang Eropa. Padahal kelompok delapan (G-8) yang terdiri dari Amerika
Serikat, Jepang, Jerman, Kanada, Prancis, Inggris, Rusia dan Italia
telah sepakat untuk mengambil langkah guna mengatasi krisis keuangan.
Mereka mendukung langkah penghematan anggaran untuk mengurangi beban
utang di Eropa khususnya memberikan jaminan atas penyelesaian masalah
Yunani.
Upaya pencegahan krisis sempat pula
‘dikotori’ oleh perselisihan pendapat antara negara Jerman dan Prancis
mengenai obligasi zona eropa. Negara Jerman mentah-mentah menolak usulan
dari PM Perancis Holande untuk menerbitkan obligasi bersama zona Eropa,
dimana usulan tersebut merupakan skema yang dinilai para ekonom dapat
menjadi salah satu cara paling efektif untuk mengembalikan optimisme
pasar. Hollande juga mengusulkan untuk fokus pada pertumbuhan daripada
pengetatan.
Alhasil, semua kecemasan dan kekhawatiran
tersebut langsung menurunkan minat pasar terhadap aset-aset beresiko.
Euro terkoreksi tajam hingga pecah ke bawah level terendah sepanjang
tahun 2012 pada $1.2624 yang tercatat di bulan Januari silam. Kini Euro
telah ambruk hingga menorehkan angka di $1.2431.
Dan minggu ini begitu kabar downgrade
Spanyol mencuat, imbal hasil obligasi (yield) Spanyol bertenor 10-tahun
ikut melonjak hingga ke kisaran 6,5%. Melonjaknya imbal hasil obligasi
Spanyol tersebut mensinyalkan bahwa investor semakin khawatir dengan
prospek ekonomi di negara terbesar ke-4 Eropa tersebut. Bahkan banyak
kalangan kini memperkirakan Euro masih akan terus melemah oleh ketakutan
tentang masalah perbankan Spanyol.
Namun kali ini kekhawatiran terhadap
negara Yunani sedikit mereda lantaran suasana politik di negara tersebut
juga mulai kondusif setelah Partai Demokrat Baru di Yunani mendukung
kebijakan pengetatan yang dilakukan pemerintah. Selain itu sentimen
pasar sedikit terangkat karena didorong oleh adanya sinyal bahwa Yunani
tidak akan keluar dari Eropa atau never Greece exit. Laporan
terakhir turut mengindikasikan bahwa partai konservatif Yunani adalah
partai yang akan memegang kekuasaan pada pemilu bulan depan, sehingga
hal tersebut juga telah memberikan sinyal kemajuan stabilitas bagi
krisis hutang kawasan.
Maka terkait wacana pemulihan nilai
valuta, kini Euro tidak bisa berharap banyak kecuali terciptanya sebuah
langkah konkrit guna mencegah meluasnya krisis utang di kawasan. Namun
setidaknya faktor kondusif Yunani untuk tetap bertahan di zona euro
dengan slogan ‘never Greece exit’ serta upaya terhadap negara Spanyol agar tidak ‘keburu’ minta bailout, dapat membatasi keterpurukan Euro lebih lanjut.
Sementara kondisi teknikal Euro terlihat
masih melanjutkan pola teknis seperti pada sesi-sesi sebelumnya dimana
beberapa indikator utama masih menunjukkan pola bearish.
Indikator Stochastic harian yang sebelumnya mulai nampak reversal ke
atas, akhirnya kembali bermanuver turun sehingga kondisi ini bisa memicu
penurunan Euro lebih lanjut.
Demikian pula dengan indikator MACD dan Moving Average yang masih menunjukkan pola downtrend.
Maka dengan sejumlah indikator yang terpola bearish tersebut, penguatan
EUR kembali akan terbatas namun setidaknya masih bisa membawa mata uang
ini ke beberapa resisten seperti tahanan 1.2470 kemudian 1.2540 hingga
1.2600 atau bahkan 1.2700. Sementara koreksi akan berpotensi kembali
menuju level support 1.2400 guna melanjutkan ke level 1.2350 hingga ke
support 1.2300.