
Pertemuan kebijakan the Fed baru akan digelar beberapa pekan lagi, tetapi investor terus mencari sinyal akan kemunculan quantitative easing (QE). Rilis hasil pertemuan Fed bulan Maret akan dirilis hari ini. Pengamat ekonomi beruapaya mencari kepastian apakah bank sentral benar-benar sudah menutup pintu akan kemunculan pelonggaran moneter.
Pada pertemuan Maret lalu, Ben S. Bernanke dipandang cukup optimis terhadap kinerja perekonomian dalam negeri. Komentarnya sangat jauh dari kemungkinan QE dalam waktu dekat. Namun data ekonomi masih menunjukkan indikasi sebaliknya. Pencanangan suku bunga super-rendah sampai 2014 dipandang belum cukup untuk memutar roda industri seperti masa pra-krisis. Pernyataan the Fed sejauh ini didukung oleh presiden bank sentral negara-negara bagian seperti James Bullard maupun Dennis Lockhart. Sementara Bernanke sudah jauh hari membuka memori lama yang terjadi tahun 1937 silam.
"Peluang QE yang diantisipasi oleh pasar saat ini adalah 50:50," ujar Ekonom Goldman Sachs, Andrew Tilton. Jika memang QE diluncurkan, maka pertanyaan yang kembali muncul adalah mekanisme seperti apa yang akan diterapkan. Bernanke memang sempat membuka memori krisis 1937 silam ke publik. "Penarikan stimulus terlalu cepat akan menimbulkan guncangan ekonomi baru," imbuhnya. Namun tetap saja komentar itu tidak berarti bahwa bank sentral membuka peluang bagi program baru dalam waktu dekat.
Sementara traders sudah mengantisipasi jika minutes nanti akan menyebut soal 'operation twist', program yang akan kadaluwarsa pada Juni mendatang. Twist adalah sebuah program dimana the Fed menjual obligasi jangka pendek dan membeli surat penjaminan dengan durasi lebih panjang untuk menjaga suku bunga tetap rendah. Apabila bank sentral benar-benar melaksanakan QE, maka peluang terbesarnya adalah dengan mengincar surat hutang berbasis kredit perumahan.
Strategis obligasi RBS, John Briggs, menyatakan tidak terlalu berharap akan adanya dinamika kebijakan dari minutes the Fed. "Tidak akan ada perubahan berarti," ujarnya. Satu-satunya masalah yang tengah diperdebatkan hanyalah konsistensi sikap the Fed pada kuartal II nanti. Bernanke bisa menunggu sampai penghujung semester I (pertemuan Juni) untuk mencari petunjuk lebih jauh soal pentingnya pelonggaran moneter. Rangkaian data yang keluar saat itu akan lebih bisa dijadikan tolok ukur ketimbang hanya bercermin pada kinerja ekonomi kuartal pertama. Data tenaga kerja bulan Maret memperlihatkan kemajuan sehingga ekonom memperkirakan adanya kenaikan 200,000 tenaga kerja baru pada data berikutnya. Sejauh ini, rilis payrolls belum menunjukkan stabilitas di sektor tenaga kerja. Jika sampai satu kuartal ke depan volatilitas data makroekonomi masih tampak, bukan tidak mungkin QE meluncur di paruh ke-dua tahun ini. Sampai segala sesuatunya menjadi pasti, mungkin peluang untuk pelonggaran moneter memang masih fifty-fifty.