Rabu, 02 November 2011
Sterling Konsolidasi di Pola Segitiga
Pada grafik 4 jam, sterling terlihat konsolidasi di dalam pola segitiga; diperlukan penembusan segitiga untuk tentukan arah selanjutnya. Kenaikan lewati MA 50 dan area trendline dapat berikan peluang bagi sterling untuk reli kembali. Namun, kejatuhan menembus batas bawah pola segitiga dapat dorong sterling untuk menguji MA 100. 1.6050 and 1.6090 (harga tertinggi 2 dan 1 November) merupakan resistance. 1.5960 dan 1.5890 (harga terendah 31 Oktober dan 1 November) adalah support.
Kecil, Peluang Perubahan Suku Bunga ECB

Rabu ini, Markit Economics mengumumkan Purchasing Manager Index (PMI) di 17 negara pengguna euro turun ke 47,1 pada bulan Oktober. Pada bulan September lalu, PMI tercatat pada angka 48,5. Ambang batas 50 menunjukkan bahwa kinerja PMI telah menyusut selama tiga bulan.
Jerman bahkan terlihat kontraksi untuk pertama kali sejak Juni 2009. Aktifitas pabrik-pabrik melambat sejak satu bulan lalu di semua negara, kecuali Irlandia. "Resesi baru di blok euro sekarang hampir pasti," kata Alan Clarke, Ekonom di Scotia Capital.
ECB akan mengumumkan keputusan suku bunganya hari Kamis besok. Pelaku pasar ingin mencari tahu apakah ECB akan tetap mematok suku bunga di 1,50%. Namun ekonom yang disurvei oleh Dow Jones pekan lalu tidak mengharapkan adanya perubahan kebijakan. Mengingat tingkat inflasi pada bulan Oktober masih 3,0% atau jauh di atas target bank sentral yang hanya 2,0%. Kecil kemungkinan bank sentral mengubah suku bunga di tengah ketidakpastian saat ini.
Morgan Stanley Sarankan Sell Euro

Morgan Stanley melihat terbatasnya pemulihan EUR/USD dari pertemuan pra G-20 antara Yunani, Jerman, Perancis dan IMF. Hasil voting mosi kepercayaan parlemen Yunani, yang akan berlangsung Jumat, akan tentukan kecepatan penurunan euro. Jika pemerintah kalah dalam voting maka euro dapat terima katalis positif karena hilangnya ancaman referendum. Meski demikian, Morgan Stanley prediksi pemerintahan Yunani akan memenangkan hasil voting mosi kepercayaan yang tentunya akan tingkatkan tekanan bagi euro. EUR/USD kini diperdagangkan 1.3775
Euro Masih ‘Lampu Kuning’, Rentan Koreksi

Namun lagi-lagi penguatan EUR kembali terbatas dan hanya bergerak mondar mandir di kisaran $1.3735. Pelemahan tajam EUR kemarin terutama karena para investor mengurangi eksposur ke mata uang tunggal pasca munculnya referendum tak terduga dari negara Yunani. Dan berita referendum tersebut memicu adanya ketidakpastian kembali mengenai penanganan krisis hutang zona Euro.
Karena bila sampai ada penolakan rakyat Yunani atas kesepakatan bailout terbaru melalui referendum, ini akan mengancam penyaluran dana bantuan berikutnya bagi Yunani. Ini berarti memperbesar resiko terjadinya default dan penyebaran krisis serta ketidakstabilan pasar keuangan dunia.
Alhasil, berita negatif tersebut membuat Euro masih ‘lampu kuning’ atau rentan terhadap koreksi lebih lanjut padahal besok sudah akan di gelar pertemuan tingkat tinggi para pemimpin negara G-20. Namun demikian bila hasil pertemuan nantinya memberikan finalisasi sepakat terhadap penanganan masalah krisis utang, EUR kemungkinan dapat rally kembali seperti sedia kala.
ADP: Sektor Swasta Menambah 110.000 Pekerjaan Di Bulan Oktober

Sementara data lainnya yang dirilis sebelumnya menunjukkan turunnya rencana PHKpada perusahaan-perusahaan AS di bulan Oktober, setelah sempat mencapai level tertinggi dalam lebih dari 2 tahun di bulan sebelumnya. Berkurangnya PHK pada sektor keuangan dan pemerintah telah mendorong terjadinya penurunan bulan lalu, meskipun pengurangan pekerjaan pada sektor industri masih memperlihatkan jumlah yang cukup signifikan sepanjang tahun ini.
"Angka yang dirilis cukup konsisten, sehingga bisa dikatakan jika tingkat pengangguran konstan," kata Joel Prakken, ketua Macroeconomic Advisors, dalam sebuah wawancara.
Laporan pertumbuhan pekerjaan sektor swasta dari ADP ini keluar beberapa menjelang dirilisnya laporan penting Non Farm Payrolls dari pemerintah, dan seringkali mendorong para ekonom untuk merevisi perkiraan mereka terhadap data NFPtersebut.
Wall Street Optimis Menyambut FOMC

Saham-saham di Wall Street mengawali perdagangan hari Rabu dengan kenaikan cukup tajam, setelah sempat merosot cukup dalam pada 2 sesi sebelumnya, menjelang pengumuman kebijakan moneter Federal Reserve AS. Laporan sektorpekerjaan dari ADP yang mampu melampaui estimasi juga turut menyumbang dukungan positif di lantai bursa.
Indeks Dow Jones Industrial Average menguat lebih dari 100 poin, dengan dipimpin saham BofA dan JPMorgan. Sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite juga dibuka lebih tinggi dengan masing-masing naik 1,2% dan 0,7%, meskipun untuk pergerakan tahunan masih tertahan di area negatif. Ke-10 sektor kunci S&P diperdagangkan di zona hijau, dengan sektor perbankan dan energi memperlihatkan performa terbaik.
Fokus para investor hari ini tertuju pada konferensi pers Ketua Fed Ben Bernankeyang akan digelar setelah pengumuman keputusan suku bunga Fed, dimana sebagian pelaku pasar memperkirakan jika bank sentral belum akan mensinyalkan tentang stimulus moneter, bahkan jika kemudian terjadi gejolak pada pasar keuangan sekalipun.
Sementara data ketenagakerjaan yang dirilis ADP hari ini menunjukkan jika sektor swasta AS menambah 110.000 pekerjaan di bulan Oktober, yang melampaui ekspektasi pertumbuhan 101.000 pekerjaan dari para ekonom.
Keyakinan di Pundak Bernanke

The Fed akan menghelat pertemuan 2 hari sebelum konferensi pers hari Rabu (02/11). Pelaku pasar tidak mengharapkan revisi suku bunga pekan ini. Mengingat otoritas sudah memberi sinyal bahwa interest rate dekat level nol masih relevan hingga 2013 mendatang. Adapun fokus utama tertuju pada kepastian soal pelonggaran moneter dari bank sentral.
Dalam 6 pekan belakangan, Ben S. Bernanke tidak memberi sinyal apapun terkait kebijakan baru. Merasa gemas dengan sikap sang pemimpin, beberapa anggota bank sentral mulai bersuara lantang. Salah satunya adalah Charles Evans, Presiden Fed Chicago, yang meminta otoritas supaya lebih transparan. Terutama dalam menentukan parameter pengangguran dan inflasi, yang bisa menggeser suku bunga dari kisaran nol persen.
Sementara gubernur lainnya, Daniel Tarullo, menyerukan agar central bank memberlakukan pelonggaran kuantitatif demi menopang ekonomi dan pasar hunian. Sayangnya, mulut Bernanke sama sekali tidak terbuka menyikapi semua masukan kepada institusinya. Ia punya hak untuk bungkam karena Ia adalah bos penentu keputusan.
Meski demikian, pasar bisa menarik kesimpulan dari apa yang akan diucapkan oleh sang chairman. Terutama menyangkut proyeksi ekonomi dalam negeri. Di awal Oktober lalu, Bernanke mengatakan bahwa ekonomi 'mendekati stagnan'. Namun sampai taraf inflasi dan tingkat pengangguran seperti apa, yang bisa membuat Bernanke merilis pelonggaran baru. Sulit untuk mengetahuinya sampai konferensi pers digelar. Apapun keputusan the Fed pekan ini, sentimennya ke pasar akan berdampak lama. Mengingat bank sentral akan 'berhibernasi' sampai musim semi.
GBPUSD: Terkoreksi, Peluang Support di 1.5828 – 1.5753
GBPUSD melanjutkan koreksi pada sesi perdagangan kemarin dan tertahan pada area bullish trendline. Bias GBPUSD saat ini cenderung bullish dan membidik area resistance pada kisaran 1.60274. Hal tersebut juga terkonfirmasi oleh pergerakan CCI dan Stochastic yang saat ini bergerak naik. Pecahnya area resistance tersebut membuka peluang penguatan menuju area 1.61501. Namun waspadai pecahnya area bullish trendline karena dapat memicu koreksi lanjutan menuju area support dikisaran 1.5828 hingga 1.5753.
Benang Kusut Krisis Yunani

Sikap Perdana Menteri George Papandreou mengejutkan banyak pihak. Ia menyerukan referendum nasional guna menentukan sikap negara terhadap klausul bailout Uni Eropa. Sesaat setelah Papandreou merilis putusan kontroversial itu, pasar saham global anjlok tajam. Kinerja cemerlang Wall Street selama 1 bulan ternoda di hari terakhir sesi perdagangan Oktober. Begitu pula dengan performa ekuitas di Eropa dan Asia, semua terpuruk ke zona merah. Apalagi kabar referendum mencuat tidak sampai satu pekan sebelum pertemuan G20.
Beberapa analis pasar mengaku terkejut atas keputusan pemerintah Yunani. Referendum adalah sebuah kemunduran bagi proses penyelesaian hutang, bukan ketegasan sikap. Berikut ini adalah tanggapan beberapa pengamat terkait perkembangan Yunani terkini, yang Kami lansir dari beberapa sumber:
1. David Joy, Chief Market Strategist, Amerprise Financial - Boston
"Saya terkejut, kabar ini datang entah dari mana."
Pertimbangan dari keputusan Papandreou adalah tingkat kesulitan yang tengah dihadapai warga Yunani. Efisiensi nasional saat ini sudah mengikis kesejahteraan mereka, apalagi bila ditambah dengan pengetatan yang lebih dalam. Aksi penolakan pekerja lintas sektoral terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Mulai dari aktifitas transportasi sampai kesehatan vakum ketika demonstrasi merebak. Jika nantinya klausul bailout baru benar-benar diberlakukan, maka tidak bisa dibayangkan betapa berat beban yang harus diterima warga.
2. Jamie Heighway, Market Analyst Western Union Business Solutions - Chicago
"Yunani bisa saja keluar dari euro dan melawan kehendak Jerman dan Prancis, Mereka berhak menentukan takdir sendiri."
Terlepas dari apapun yang terjadi saat ini, fakta menunjukkan bahwa kecemasan telah kembali. Pilihan hanya ada dua, default atau menerima struktur paket bailout baru. Untuk mengetahuinya, Kita harus terlebih dahulu melihat apakah George Papandreou bisa selamat dari mosi tidak percaya anggota parlemen. Kemudian Kita kembali harus menunggu proses referendum, yang konon tidak akan terlaksana sebelum Januari tahun depan! Yang lebih menakutkan adalah, peluang default sekarang lebih besar dibanding sebelum Uni Eropa mencapai kesepakatan pekan lalu.
3. Eric Viloria, Senior Currency Strategist, FOREX.com - New Jersey
"Situasi masih dinamis, jika rencana bailout gugur maka Yunani kemungkinan besar default."
Benar-benar sulit untuk memperkirakan apa yang akan terjadi. Segala sesuatunya sekarang keluar dari skenario, benar-benar berantakan.
4. Daniel Alpert, Managing Director Westwood Capital - New York
"Semua menjadi lebih serius, apa yang terjadi di Yunani bisa diikuti oleh negara Eropa lain."
Portugal, Italia, Irlandia dan Spanyol memiliki masalah serupa. Keempat negara juga tengah disorot dan dalam pengawasan otoritas Eropa. Efisiensi masif dilakukan guna melindungi diri dari kebangkrutan. Kontroversi soal referendum dan mosi tidak percaya di Yunani bisa diimitasi oleh negara lain di wilayah Eropa. Jika demikian adanya, bisa dibayangkan betapa banyak perioder sulit yang harus dihadapi Eropa. Skenario terbaik untuk menghindari kemungkinan ini adalah sikap anti-default dari semua pihak dengan meneruskan wacana bailout.
EURUSD: Koreksi Tertahan, Uji Resistance di 1.3757
Koreksi EURUSD tertahan pada area support dikisaran 1.36069. Secara teknikal saat ini terlihat bias bullish pada EURUSD dan pergerakan harga cenderung menguji area resistance pada kisaran 1.3757. Pecahnya area resistance tersebut membuka peluang penguatan lanjutan menuju area 1.3926 hingga 1.3926. hal tersebut terkonfirmasi oleh kondisi pergerakan indikator teknikal yang saat ini terlihat bergerak naik. Namun waspadai pecahnya support dikisaran 1.3606 karena berpotensi memicu pergerakan berish lanjutan menuju area 1.345.
Short Covering Kuatkan Emas

"Level $1,700/ons merupakan support kuat dan jika emas bertahan di atas level itu maka momentum bagi pergerakan emas untuk menguat," kata trader. Permintaan emas menyusut sejak harga mencapai rekor $1,920.94/ons pada bulan September, katanya. Aktifitas pembelian masih ramai di Singapura, terutama yang berasal dari konsumen Malaysia. Investor Asia Tenggara juga memburu perak sebagai alternatif. Spot perak di $33.35/ons, turun 10 sen dari level penutupan.
Naik Lagi, Angka Pengangguran Eurozone

Sementara angka pengangguran di 27 negara Uni Eropa juga naik menjadi 9,7% dibanding catatan bulan Agustus dan periode sama tahun 2010 (9,6%). Eurostat menyatakan bahwa 23,26 juta di wilayah Uni Eropa tidak memiliki pekerjaan di bulan September. Sebanyak 16,2 juta di antaranya berasal dari wilayah pengguna valuta euro.
Dibandingkan bulan sebelumnya, angka pengangguran naik 174.000 di 27 negara Eropa dan 188.000 di eurozone. Berdasarkan perhitungan year-to-year, unemployment naik sebanyak 215.000 di Uni Eropa dan 329.000 di zona euro. di antara anggota euro, Austria, Belanda dan Liksemburg memiliki jumlah pengangguran paling kecil (masing-masing 3,9%, 4,5% dan 4,8%). Sedangkan rasio pengangguran tertinggi berada di Spanyol (22,6%), Yunani (17,6% di bulan Juli) dan Latvia (16,1% di kuartal II).
Emas dan Komoditi Nikmati Momentum

Emas untuk pengiriman bulan Desember naik $12.30 atau 0,7% ke level $1,724.50 per ons di divisi Comex, Nymex. Kontrak sebelumnya bertahan di $1,711.80 per ons pada sesi Amerika Utara.
Harga emas melonjak di tengah aksi hindar risiko investor. Ketika saham dan minyak dijauhi, logam mulia menjadi primadona seperti biasanya. Kinerja apik juga ditorehkan oleh perak, yang naik 70 sen (2,2%) ke level $33.44 per ons. Namun perak belum berhasil menebus kerugian 4,7% yang tercatat pada sesi Selasa kemarin.
Tidak hanya emas dan perak, komoditi lain juga turut menikmati momentum kegelisahan. Tembaga pengiriman Desember naik 5 sen (1.4%) ke $3.55 per pon. Sedangkan platina bulan Januari melonjak $12.00 (0.8%) ke $1,594.00 per ounce. Palladium pengiriman Desember naik $2.60 (0.4%) ke $637.60 per ons.
Pelemahan indeks dollar juga menyokong kinerja komoditi. Indeks USD terhadap beberapa valuta utama terpantau di 77.222, atau lebih rendah dari catatan sesi Amerika Utara hari Selasa (77.298).
Wen Mungkin Longgarkan Kredit Saat Inflasi Mereda

Indeks manufaktur yang menunjukkan beban manufaktur turun dalam 17 bulan dibulan Oktober, menurut laporan dari biro statistic dan federasi logistic Cina kemarin. Sebuah survey terpisah oleh HSBC Holding Plc dan Markit Economics juga menunjukkan penurunan.
Bank sentral Cina telah menghentikan atau menunda tingkat suku bunga dan persyaratan persediaan perbankan seiring para petinggi menunjukkan resiko bahwa negara-negara kelompok G20 yang akan bertemu di Cannes, Perancis, minggu ini akan gagal untuk mengatasi krisis tersebut.
Inflasi mungkin akan melemah dibawah 5% di bulan November dan Desember, dibandingkan dengan tingginya selama 3 tahun sebesar 6.5% dibulan Juli, dikatakan Zhu Jianfang, pemberi perkiraan paling akurat dari survey Bloombverg News selama 2 tahun.
Petinggi AS Ajukan Pajak Transaksi

Senator Tom Hawkins, seorang anggota partai democrat dari Iowa, dan perwakilan partai, Peter DeFazio, seorang anggota partai democrat dari Oregon, akan memperkenalkan proposal tersebut dalam dewan kehormatan. Proposal tersebut akan memberikan AS sebuah peningkatan peran di debat internasional terhadap pajak transaksi, yang mungkin akan dibahas di pertemuan G20 minggu ini di Cannes, Paris.
“Hal ini secara signifikan akan menaikkan beberapa pendapatan yang diperlukan”, dikatakan Hawkins dalam sebuah wawancara di Washington. “Sejujurnya, saya pikir tidak seorang pun akan merasakannya”.
Pertemuan Uni Eropa dibulan September mengadakan pengajuan pajak transaksi yang akan berlaku di tahun 2014 dan menaikkan pendapatan sekitar $57 miliar Euro (setara dengan $78 miliar) per tahun.
Pengajuan tersebut kemungkian kecil untuk dapat menjadi peraturan: partai republic, yang mengajukan pajak transaksi sebelumnya, memiliki kendali di Gedung Putih. Badan administrasi Barack Obama juga menyuarakan keprihatinan terhadap proposal tersebut dan menolak pengesahan sebelumnya menjelang pertemuan G20 yang akan dibuka pada 3 November.
Emas Siap Rally Bila Krisis ‘Semrawut’
Sampai dengan sesi siang harga spot emas tercatat berada diksiaran $1,724.65/troy ons, naik lebih dari $2.75 dari harga settle sebelumnya. Angka 1700 kini menjadi level support kuat, dan nantinya bila emas terus bertahan di atas level tersebut, pasar akan mendapati momentum rally dari emas.
Dan secara umum emas masih berpeluang melanjutkan rally lantaran logam mulia ini masih akan diuntungkan dari ketidakpastian penanganan krisis utang Eropa. Analis Reuters, Wang Tao memprediksi emas siap membidik resisten $1762 dan $1773 untuk jangka menengah.
Selasa, 01 November 2011
Euro Terperangkap di Bearish Channel
Pada grafik 4 jam, euro keluar dari channel bullish dan terperangkap di dalam channel bearish. Kegagalan meraih MA 50-100-200 dapat menjaga tren bearish. Namun, stokastik dan RSI yang berada di area oversold isyaratkan adanya peluang kenaikan. Meski demikian, diperlukan kenaikan melewati area trendline untuk kurangi tekanan bearish. 1.3750 dan 1.3800 (harga terendah 16 September dan 26 Oktober) adalah resisten. 1.3610 dan 1.3570 (harga terendah 1 November dan 11 Oktober) merupakan support.
Pemulihan Sterling Terbatas
Pada grafik 4 jam, sterling tergelincir keluar dari channel bullish dan kini terperangkap di dalam bearish channel. Pola hammer yang terbentuk dapat sediakan peluang untuk naik, namun kenaikan mungkin terhadang oleh MA 50 dan area down-trendline. Sementara itu, datarnya stokastik dan RSI isyaratkan periode konsolidasi. 1.6000 and 1.6040 (level psikologis dan harga tertinggi 25 Oktober) merupakan resistance. 1.5890 dan 1.5850 (harga terendah 1 November dan tertinggi 14 Oktober) adalah support.
Sarkozy Adakan Pertemuan Darurat Terkait Referendum Yunani

Sarkozy akan melakukan rapat dengan Perdana Menteri Francois Fillon, Gubernur Bank of France Kristen Noyer, Francois Baroin dan Valerie Pecresse, yang menjabat sebagai Menteri Ekonomi dan Menteri Anggaran, serta Menteri Luar Negeri Alain Juppe, menurut pernyataan juru bicara Kepresidenan.
Referendum yang berpotensi merusak upaya penyelesaian krisis hutang zona Euro itu diajukan Perdana Menteri Yunani George Papandreou hanya beberapa hari setelah para pemimpin Eropa menyepakati sebuah rencana yang berisi langkah-langkah untuk mengurangi beban hutang Yunani dan menambah kekuatan Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF), guna memastikan kemampuan Uni Eropa dalam menopang negara-negara sekawasan lainnya yang bermasalah.
Juru bicara Sarkozy juga mengumumkan jika Presiden berencana membahas langkah pemerintah Yunani dengan Kanselir Jerman Angela Merkel melalui telepon.
Gold: Berpeluang Terkoreksi Lagi, Support di 1678.13 – 1660.60
Grafik 4-jam pergerakan harga emas berpotensi membentuk pola head and shoulders dengan level konfirmasi pada area neckline seperti halnya yang tercermin dalam proyeksi di atas. Secara teknikal pecahnya area neckline tersebut membuka peluang terjadinya koreksi lanjutan menuju area support diksiaran 1678.13 hingga area 1660.60. Namun waspadai resistance pada kisaran 1730.53 karena jika pergerakan harga mampu menembus area tersebut, pola head and shoulders dapat dipastikan failed dan harga kemungkinan besar akan membidik area 1752.40.
Crude Oil: Cenderung Bearish, Potensi di 88.18 – 86.66
Crude oil cenderung bergerak flat pada sesi perdagangan kemarin. Saat ini pada grfaik 4-jam oil terlihat adanya kecenderungan terjadinya koreksi dengan membidik area bullish trendline sebagai target awal. Hal tersebut juga terkonfirmasi oleh adanya sinyal bearish yang diberikan oleh indikator stochastic. Pecahnya area bullish trendline tersebut membuka peluang terjadinya koreksi lanjutan menuju area 88.18 hingga 86.66. Sementara itu waspadai rebound menuju area 94.50 hingga 97.05 jika bullish trendline mampu bertahan.
Pemulihan USDJPY Tidak Akan Bertahan Lama

"Hari ini pasar cenderung berfokus pada sejauh mana dampak intervensi sepihak BoJ akan berlanjut, apalagi mereka tidak menetapkan batasan tertentu seperti yang dilakukan SNB," kata tim analis Brown Brothers Harriman. Menurut tim analis ini, level saat ini nampaknya tidak akan mungkin bertahan lama mengingat pasar berpandangan jika tndakan sepihak tidak mungkin dapat memberikan maksimal.
Meski begitu, analis di BBH menilai bahwa waktu yang dipilih oleh otoritas Jepangcukup baik dengan pasar yang terlihat lengah menjelang beberapa berita besar yang akan dirilis pekan ini.
"Secara keseluruhan, efek dari intervensi pemerintah Jepang akan kembali teredam oleh fundamental ekonomi global, dimana ketidakpastian akan selalu mendorong permintaan untuk safe haven seperti Yen. Ditambah keengganan Jepang untuk mendaur ulang keseimbangan eksternal, akan menyebabkan Yen untuk menguji ulang level 76," kata tim analis ini menambahkan.
Greenback Belum Akan Lepas Dari Tekanan Jual

Di luar dugaan, data-data AS secara substansial juga telah menunjukkan perbaikan. "Memang, jika dibandingkan dengan negara-negara anggota G10 lainnya, data ekonomi AS masih relatif lebih unggul. Sementara angka GDP Q3 yang dirilis pada hari Kamis juga memperkihatkan bahwa pertumbuhan AS tidaklah seburuk yang dipikirkan, meski tidak bias dipungkiri jika pertumbuhan masih terlalu lambat untuk menyerap kapasitas ekonomi yang berlebihan," kata BBH.
Kebangkrutan MF Global Akibatkan Kerisauan Nasabah

Para trader dan pialang rival mengeluhkan adanya kekurangan pedoman dari bursa dan badan regulator untuk bagaimana menangani situasi tersebut, saat para nasabah MF Global berusaha dan berupaya untuk meyakinkan para nasabahnya dan melanjutkan usahanya.
“Semua menjadi kacau”, dikatakan seorang senior executive dari sebuah pialang besar, yang berusaha untuk meyakinkan para nasabahnya dalam menangani kebangkrutan MF Global, salah satu pemain pasar industry derivative.
G20: Kartu AS di Tangan China

Pejabat tinggi Eropa tentu ingin mengirim kesan positif ke seluruh dunia, bahwa mereka sudah menemukan cara penuntasan masalah. Adapun komponen utama yang paling krusial dari forum pekan ini adalah wacana klausul penambahan kapasitas dana Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF).
Adapun aktor yang memiliki peran penting panggung Cannes tak lain adalah China. Dengan nilai surplus melimpah dan rasio hutang minim, peran serta negeri tirai bambu dalam ekspansi bailout sangat diburuhkan oleh Eropa. Jepang memang sudah memastikan partisipasinya dalam program penjualan obligasi, tetapi jumlah kontribusinya tidak akan cukup untuk memulihkan ekonomi seperti direncanakan. Satu calon kolektor aset hutang lainnya adalah Brazil, namun sekali lagi, kepastian dari China adalah yang paling dibutuhkan.
EFSF, melalui pemimpinnya, menjanjikan kolektor obligasi sebuah perlindungan seandainya nilai obligasi yang dijual ternyata merugi dalam kisaran tertentu. Klaus Regling bahkan berani menawarkan hak spesial bagi China, yakni penerbitan obligasi berdenominasi yuan. Segala upaya dilakukan guna merebut simpati negara perekonomian terbesar Asia. China sendiri sudah memiliki sekitar 600 miliar euro aset berbasis Eropa. Jumlah tersebut hanya setara 30% dari total cadangan devisanya yang mencapai $3,2 triliun. Tentu bukan masalah bagi China untuk menguras sebagian brankas devisanya untuk membeli obligasi ekstra.
Jika nantinya G20 dapat memastikan jumlah bailout senilai 1 triliun euro, maka situasi akan lebih mudah. Pemerintah Eropa tinggal menerjemahkan langkah terukur dan tenggat waktu untuk melaksanakan proyek-proyek yang sudah disepakati. Oleh karena itu, kartu As pemulihan Eropa justru berada di tangan raksasa ekonomi Asia. Jika nantinya cetak biru mega-bailout 1 triliun euro urung terpenuhi, maka pasar keuangan harus bersiap menerima dampak masif.
Setelah itu, pemimpin G20 bisa mengalihkan fokus ke objek persoalan lain. Seperti penyelesaian isu ekonomi global antara lain ketimpangan neraca perdagangan Amerika Serikat (AS) dan surplus neraca China. Terdapat 7 negara yang berperan besar dalam G20 2011, yakni: AS, China, Jepang, Jerman, Prancis, Inggris dan India. Sikap ketujuh negara sangat penting dalam upaya konsolidasi defisit dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Senin, 31 Oktober 2011
Tingkat Pengangguran Zona Euro Mengkhawatirkan

Dalam blok yang beranggotakan 17 negara tersebut, 16.198.000 orang tercatat sebagai pengangguran pada bulan September, atau naik ke level 10,2% dari 10,1% bulan sebelumnya. Angka itu juga menjadi yang tertinggi sejak penghitungan dimulai pada Januari 1998, menurut laporan badan statistik Eurostat hari Senin.
Dalam kurun waktu Agustus hingga September saja, lebih dari 188.000 orang harus mengalami PHK, yang merupakan laju kenaikan bulanan tercepat sejak tahun 2009.
Tidak dapat dipungkiri, angka-angka tersebut telah menambah keraguan terhadap prospek pertumbuhan zona Euro, di mana para pemerintah tengah berupaya memangkas pengeluaran dan mengurangi beban hutang mereka. Melambatnya pertumbuhan ekonomi jelas akan membuat tugas pemerintah Uni Eropa menjadi semakin sulit.
Jennifer McKeown, seorang ekonom pada Capital Economics, menilai bahwa memburuknya prospek ekonomi nampaknya akan mendesak European Central Bank untuk memotong suku bunganya dalam beberapa bulan ke depan. "Kondisi pasar tenaga kerja mulai memburuk, sementara Mario Draghi sebagai Presiden ECB yang baru mungkin masih enggan untuk menurunkan suku bunga pada pertemuan pekan ini. Ia mungkin akan mensinyalkan pemangkasan untuk bulan Desember."
EFSF: Setelah Jepang, Eropa Kejar Brazil

Kabar baik bagi pejabat Eropa datang dari pemerintah Jepang. Negara perekonomian terbesar ke-dua dunia siap mengoleksi lebih banyak obligasi Eropa guna mendukung pemulihan di kawasan itu.
Pejabat tinggi Eropa memang mengincar negara-negara dengan cadangan devisa besar untuk dijadikan pembeli obligasinya. Lobi-lobi yang dilakukan bertujuan agar target bailout senilai 1 triliun euro bisa terpenuhi. Pemerintah Jepang sendiri sudah berkomitmen untuk membeli obligasi jika pemerintah Eropa mampu merilis langkah konkrit.
"Jepang akan terus membeli obligasi EFSF sebagaimana komitmen bersama Kami," ujar Klaus Regling, Kepala EFSF, pasca pertemuan dengan wakil menkeu Jepang, Takehiko Nakao. Regling sendiri giat menyambangi China dan Jepang untuk meloloskan rencana ekspansi EFSF. Ia menjanjikan kolektor obligasi sebuah perlindungan seandainya nilai obligasi yang dijual ternyata merugi dalam kisaran tertentu. Lebih lanjut, Regling bahkan berani menawarkan penerbitan obligasi berdenominasi yuan apabila pihak Beijing menghendaki.
Salah satu negara yang masih harus dilobi adalah Brazil. Oleh karena itu, otoritas Eropa berencana membentuk sebuah wadah investasi untuk meyakinkan pemerintah negara Brazil dan China. Kedua negara masih pikir-pikir untuk terlibat dalam program bailout Eropa.
Menkeu Azumi: Intervensi Sampai Saya Puas!

Jun Azumi memerintahkan intervensi pada pukul 10.25 waktu Tokyo setelah melihat USD/JPY tembus rekor rendah 75.35. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah sampai kapan pemerintah mau melakukan campur tangan di pasar uang? Jawabannya adalah sampai Menteri Keuangan Azumi 'puas'?
Data membuktikan bahwa apresiasi yen berlebihan telah membuat pemulihan ekonomi terhalang. Indikator output industri dan kinerja ekspor sama-sama turun di atas perkiraan bulan lalu. Kondisi tersebut bisa dimengerti karena perusahaan berasumsi bahwa kurs maksimal 81.15 tahun ini.
"Situasi tidak akan berubah sampai kurs (USD/JPY) kembali ke atas 80.00," ujar Junko Nishioka, Kepala Ekonom RBS Securities dan mantan pejabat bank sentral. Faktor yang menghambat Azumi saat ini adalah perkembangan situasi krisis hutang di Eropa. Pemerintah bisa saja memerintahkan intervensi sewaktu-waktu, tetapi semua akan percuma bila kondisi Eropa tidak kunjung membaik. Mengingat yen adalah salah satu pilihan favorit investor di kala perekonomian tidak jelas.
Pada sebuah wawancara, Azumi menyebut bahwa "intervensi berlangsung sampai hasilnya memuaskan Saya". Jumlah kas yang digunakan pemerintah dalam intervensi hari ini lebih besar dibanding aksi Agustus lalu (4,51 triliun yen). Selain berharap pada perbaikan Eropa, pemerintah kemungkinan terus masuk ke pasar saat yen naik ke level psikologis baru. Target otoritas cukup jelas, yakni menggenjot daya saing dalam negeri sehingga pendapatan industri kuartal berjalan bisa lebih baik.
Emas Uji Area Trendline
Harga emas kembali terkoreksi dan menguji area bullish trendline sebagai akibat dari adanya intervensi yang dilakukan pemerintah jepang guna melemahkan mata uang yen. Secara teknikal merujuk pada pergerakan CCI dan Stochastic yang saat ini berada dalam area oversold dan cenderung bergerak naik, harga emas berpotensi menguat dan membidik area 1727.92 hingga area 1752.40 jika trendline tersebut mampu bertahan. Namun sebaliknya pergerakan bearish menuju area 1700.53 hingga area 1673.14 masih sangat dimungkinkan terjadi jika bullish trendline tersebut pecah.
Pupus! Momentum Emas Pasca Intervensi Yen
Anjloknya si logam kuning ini terjadi setelah intervensi Jepang ke pasar valuta sehingga memicu penguatan tajam dollar. Penguatan dollar otomatis lamgsung menghantui investor pemegang logam mulia dan membuat emas mencatat kemerosotan satu hari terbesarnya dalam kurun waktu empat minggu terakhir.
Langkah intervensi sepihak oleh Jepang ke dalam pasar forex terutama bertujuan untuk membendung penguatan Yen. Sehingga akibatnya dollar melejit hingga lebih dari 1% terhadap sejumlah mata uang utama.
Sementara penguatan dollar membuat dollar yang mendominasi sektor komoditasmenjadi lebih mahal bagi para buyer khususnya pemegang mata uang lain. Dan memicu harga emas menjadi tetekan. Namun demikian selama emas masih bertahan di atas kisaran $1700, sentimen pasar akan kembali cukup bullish.
Emas kini tercatat anjlok sebanyak 2.3% ke level $1,706.55, dan sedikit pulih kembali ke area $1714-an.
Intervensi, Jalan Pintas Menjinakkan Yen

Pagi ini yen merapat ke rekor terkuat sejak Perang Dunia II. USD/JPY sempat terpaku pada level 75.31 sebelum akhirnya diintervensi oleh otoritas keuangan Jepang. Sejak kurs mata uang 'Samurai' makin jauh dari level 77.00 per dollar, pemerhati ekonomi dalam negeri kian waspada. Level 76.00 kemudian dipandang sebagai batas toleransi bagi bank sentral untuk masuk ke pasar dan membeli dollar.
Yen sudah memecah rekor tertinggi sepanjang masa di level 75.82 pada 21 Oktober silam. Namun Bank of Japan masih berhati-hati menentukan kebijakan valuta nasional pada saat itu. Ada dua hal yang patut dicermati dari pergerakan USD/JPY dalam satu tahun terakhir. Pertama adalah penyebab utama dari kinerja nilai tukar, yang cenderung memiliki kontribusi terbesar dalam performa kurs USD/JPY. Menurut beberapa analis valas, keikutsertaan Amerika Serikat (AS) dalam bailout Eropa (melalui IMF) menjadi alasan utama pelemahan USD. Koreksi dollar seharusnya cenderung lebih moderat jika AS lebih memilih untuk mencetak uang dan meminjamkannya pada pihak Eropa.
Penguatan yen secara berlebihan sangat berdampak buruk terhadap kinerja sektor eksportir. Untuk negara industri seperti Jepang, apresiasi valuta seperti ini tidak boleh dibiarkan karena rentan menggerus daya saing pengusaha. Namun faktanya selama krisis Eropa berlangsung, pemerintah tidak bisa berbuat banyak di pasar. Intervensi yang dilakukan Bank of Japan hari ini sesungguhnya sudah dinantikan pekan lalu. Mengingat kerugian besar menanti Jepang bila apresiasi terus dibiarkan.
Hingga pertengahan hari ini, bank sentral sudah menggelontorkan sekitar 5 triliun yen untuk membendung penguatan JPY. Intervensi terjadi saat USD/JPY berada di 75.55, sehingga kemudian kurs bisa pulih ke 78.98 sekitar pukul 08.15 WIB pagi ini. Campur tangan pemerintah di pasar valas memang bisa menstabilisasi pergerakan nilai tukar. Namun motor penggerak sesungguhnya adalah faktor fundamental, terutama krisis hutang wilayah Eropa. Mengingat apresiasi yen belakangan ini lebih disebabkan oleh aksi risk aversion, yang dilatarbelakangi kecemasan default negara benua biru. Jangan heran jika nantinya intervensi BoJ terkesan percuma saat resolusi Eropa tidak diimplementasikan dengan baik. Yen rawan melonjak jika kondisi ekonomi antar kawasan belum pulih benar.
Emas Merosot 2% Akibat Intervensi Jepang

Jepang melakukan intervensi di pasar mata uang hari Senin untuk mengendalikan penguatan Yen, membawa dollar AS bergerak naik lebih dari 1% terhadap sekumpulan mata uang lainnya.
Menguatnya dollar AS membuat harga komoditi dalam denominasi dollar AS menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
“Kenaikan dollar AS yang kuat menekan harga emas”, dikatakan Ong Yi Ling, seorang analis dari Phillip Futures. “Tetapi selama harga emas masih diatas $1,700, sentiment masih lumayan bullish”.
Spot emas turun nyaris sebesar 2% menjadi $1,705 sebelumnya dan kembali melemah ke $1,711.79, tetapi masih sejalan dengan kenaikan bulanannya sebanyak lebih dari 5% setelah jatuh mendekati 11% dibulan September.
Langganan:
Postingan (Atom)