
Kanselir Jerman meminta seluruh negara Uni Eropa melakukan langkah terkoordinasi guna membantu operasional lembaga perbankan. Dengan menyuntik likuiditas baru ke bank, maka lalu lintas peminjaman bisa berjalan lancar. Bank tidak kesulitan lagi memberi pinjaman ke pihak lain hingga pada akhirnya bank tersebut bisa melaba lagi. Perbaikan kinerja perbankan seperti ini adalah cara paling logis guna mencegah penyebaran krisis. Lebih jauh, Merkel berpendapat bahwa keputusan membantu bank adalah sebuah investasi terbaik yang dapat dilakukan pemerintah.
"Kita tidak boleh ragu membantu supaya kerusakan sistem lebih parah tidak terjadi," ujar Merkel di Berlin kemarin. Rekapitalisasi bank harus dimulai dari manajemen perusahaan itu sendiri. Penataan kembali kecukupan modal dan penerapan efisiensi adalah sesuatu yang patut. Jika perbaikan internal tidak cukup dalam upaya penyehatan modal, maka pemerintah bisa turun tangan memberi suntikan dana baru. Oleh karena itu, Merkel berharap ada inisiatif dari pihak bank untuk memperbaiki kinerjanya.
Seperti diketahui bahwa perbankan Eropa tidak hanya terancam merugi, namun sudah sampai pada ambang kebangkrutan. Kerugian utama berasal dari pelemahan nilai obligasi dari negara-negara dengan masalah hutang, seperti Yunani. Penurunan kualitas obligasi yang dikuasai oleh bank otomatis membuat aset mereka tergerus. Penyebaran krisis hutang sejauh ini membuat arus pinjaman antar bank menjadi stagnan. Seandainya kondisi ini berlanjut, lebih banyak bank diyakini tidak mampu mempertahankan kecukupan modal dan stabilitas neraca keuangan. Untuk menilai sejauh mana sebuah bank bisa bertahan di tengah krisis, European Banking Authority (EBA) menggelar uji stress. Dengan begitu, otoritas bisa menilai bank mana saja yang bisa bertahan walau diterjang kerugian besar dari obligasi Yunani. Sebanyak 8 bank gagal di babak awal stress test 3 bulan silam, sementara 16 bank lainnya diwajibkan untuk menambah rasio kecukupan modal. Sayangnya hasil uji stress tersebut diabaikan oleh khalayak keuangan karena bank-bank peserta relatif tidak terlalu terdampak oleh kerugian obligasi Yunani. Atas dasar itu, EBA sudah siap menghelat uji stress baru dengan materi tes yang lebih valid.
Program kemandirian perbankan kemarin juga diserukan oleh Presiden European Central Bank, Jean-Claude Trichet. Dalam pidato terakhir di masa jabatannya, Trichet menghimbau bank-bank supaya berusaha lebih keras untuk menambah kecukupan modal masing-masing. Caranya adalah dengan menjaga konsistensi pendapatan, menurunkan insentif bagi direksi dan meraup dana segar dari pasar modal. Jika memang segala upaya internal gagal, maka pemerintah bisa turun tangan membantu bank-bank itu. Trichet bahkan menawarkan likuiditas pada European Financial Stability Facility (EFSF) bagi bank besar yang kesulitan likuiditas. Klausul peminjaman dana pada sektor perbankan regional sendiri sudah tercantum dalam alokasi dana EFSF sejak awal, yang jatahnya mencapai 200 miliar euro. Pemerintah Eropa menyadari benar bahwa perbaikan sistematis tidak hanya terpusat pada kesehatan moneter negara anggota, tetapi turut mencakup perbaikan kinerja institusi bank.
Stabilitas kinerja perbankan bisa menjadi penawar efektif bagi kasus penyebaran krisis hutang. Jika bank-bank bisa bertahan dari dampak hutang Yunani, lalu lintas likuiditas antar negara tidak akan mandek. Mengingat rantai investasi dan kemitraan perbankan lintas benua saling terkait, baik dengan Asia maupun kawasan Amerika. Tidak heran jika segala upaya konkrit pejabat Eropa untuk menyehatkan perbankan dapat menjadi pembangkit gairah pasar.