Sterling terapresiasi versus Dollar AS dan berhasil menyentuh level terkuat dalam lebih dari seminggu terakhir terhadap Euro pada hari Senin, didukung oleh berlanjutnya kekhawatiran masalah hutang zona Euro dan seiring para investor mulai melakukan antisipasi terhadap data ekonomi hari Selasa yang diharapkan dapat memperlihatkan pertumbuhan tingkat inflasi di Inggris.
Meskipun begitu, beberapa analis berpendapat bahwa kekhawatiran terhadap rapuhnya ekonomi Inggris masih menempatkan Pound dalam posisi yang rentan. Sementara analis teknikal mencoba mengingatkan jika pergerakan turun hingga menembus MA 100-hari di sekitar $1.6246 akan membuka jalan untuk kembali ke posisi rendah bulan Mei di $1.6055 dan kemudian $1.6000 yang merupakan MA 200-hari.
CPI tahunan diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,5% pada bulan Mei. Hasil rilis di atas level tersebut mungkin akan memberikan dorongan bagi Cable, meskipun menurut analis kenaikannya tidak akan dapat bertahan lama kecuali para investor yakin jika Bank of England akan meresponnya dengan menaikkan suku bunga.
"Angka inflasi yang lebih tinggi akan mendorong Sterling naik, tapi mungkin hanya akan berumur pendek," kata Lee McDarby, kepaladealing pada Investec. "Pasar perlu melihat kenaikan yang berkelanjutan pada data sebelum mempertimbangkan kemungkinan adanya kenaikan tingkat suku bunga."
Lemahnya data ekonomi Inggris telah menjauhkan peluang kenaikan suku bunga BoE dalam waktu dekat. Bahkan sebagian besar pasar telah berekspektasi bahwa tidak akan ada kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin sampai setidaknya April tahun depan, mengingat kekhawatiran terhadap lemahnya perekonomian masih lebih besar dibandingkan kekhawatiran terhadap inflasi.
Saat ini GBP/USD diperdagangkan sekitar 0,8% lebih tinggi dari harga pembukaan pada kisaran $1.6370.